Kamis, 23 Mei 2013

BUNGA ( FLOS )

BUNGA ( FLOS )

Sebelum suatu tumbuhan mati, biasanya olehnya telah dihasilkan suatu alat, yang nanti akan dapat tumbuh menjadi tumbuhan baru. Alat-alat yang demikian dinamakan alat perkembangbiakan (organum reproductivum), yang dibedakan dalam 2 golongan : yang bersifat vegetatif dan yang generatif.
Alat perkembangbiakan generative itu bentuk dan susunanya berbeda-beda, tetapi bagi tumbuhan yang berbiji, alat tersebut lazimnya merupakan bagian tumbuhan yang kita kenal sebagai bunga. Oleh sebab itu suatu tumbuhan berbiji, jika sudah tiba waktu baginya akan mengeluarkan bunga. Pada bunga inilah terdapat bagian-bagian yang setelah terjadi peristiwa yang disebut : persarian (penyerbukan) dan pembuahan akan menghasilkan bagian tumbuhan yang disebut dengan buah, yang terkandung didalamnya terkandung biji, dan biji inilah yang nanti akan tumbuh menjadi tumbuhan baru. Dapatlah dimengerti bahwa bunga merupakan suatu bagian tumbuhan yang amat penting.
Berhubung dengan terhentinya pertumbuhan batang, maka ruas-ruas menjadi amat pendek, sehingga bagian bunga yang merupakan metamorphosis daunnya tersusu amat rapat satu sama lain, bahkan biasanya bagian-bagian tadi tampaknya seakan-akan tersusun dalam lingkaran-lingkaran. Berkaitan dengan letak dan susunan bagian-bagian bunga ini dibedakan :
1.         Bunga yang tersusun menurut garis spiral (acyclis), misalnya bunga cempaka Michelia champaka L.
2.       Bunga yang bagian-bagiannya tersusun dalam lingkaran lingkaran (cyclis) misalnya bunga terong (Solanum melongena L.) bakung (Hymenocallis littoralis Salisb)
3.    Bunga yang sebagian bagian-bagiannya duduk dalam lingkaran, dan sebagian lagi terpencar atau menurut garis spiral. (hemicyclis), misalnya bunga sirsat (Annona muricata L.)

Umumnya dari suatu bunga sifat-sifat yang amat menarik ialah :
·               Bentuk bunga seluruhnya dan bentuk bagian-bagiannya
·               Warnanya
·               Baunya
·               Ada dan tidaknya madu ataupun zat lain

Jumlah Bunga dan Tata Letaknya pada Suatu Tumbuhan
Jika suatu tumbuhan hanya mempunyai satu bunga saja, biasanya bunga itu terdapat pada ujung batang. Jika bunganya banyak, dapat sebagian bunga-bunga tadi terdapat dalam ketiak-ketiak daun dan sebagian pada ujung batang atau cabang-cabang. Jadi menurut tempatnya kita dapat membedakan :
a.      Bunga pada ujung batang (flos terminalis), misalnya pada bunga coklat dan kembang merak (Caesalpinia pulcherrima Swartz)
b.        Bunga di ketiak daun (flos lateralis atau flos axillaris) misalnya pada kembang sepatu (Hibiscus rosa-sinensis L.)

Bunga Majemuk (Anthotaxis, inflorescentla)
Pada suatu bunga majemuk lazimnya dapat kita bedakan bagian-bagian berikut :
A.          Bagian-bagian yang bersifat seperti batang atau cabang yaitu :
1.            Ibu tangkai daun (pendunculus, pedunculus communis atau rhancis), yaitu bagian yang biasanya merupakan terusan batang atau cabang yang mendukung bunga majemuk tadi.
2.            Tangkai bunga (pedicellus), yaitu cabang ibu tangkai yang mendukung buahnya.
3.            Dasar bunga (receptaculum), yaitu ujung tangkai bunga, yang mendukung bagian-bagian bunga lainnya.
B.           Bagian-bagian yang bersifat seperti daun adalah :
1.            Daun-daun pelindung (bractea), yaitu bagian-bagian yang serupa daun yang ketiaknya muncul cabang-cabang ibu tangkai atau tangkai buahnya
2.            Daun tangkai (bracteola), yaitu satu atau dua daun kecil yang terdapat pada tangkai bunga
3.            Seludang bunga (spatha) yaitu daun pelindung yang besar, yang seringkali meyelubungi seluruh bunga majemuk waktu belum mekar.
4.            Daun daun pembalut (bractea involucralis, invorcrum) yaitu sejumlah daun-daun pelindung yang tersusun dalam suatu lingkaran
5.            Kelopak tambahan (epicalyx)
6.            Daun-daun kelopak (sepalae)
7.            Daun-daun mahkota atau daun tajuk (petalae)
8.            Daun-daun tenda mahkota (tepalae), jika mahkota dan kelopak sama bentuk dan warnanya
9.            Benang benang sari (stamina)
10.        Daun-daun buah (carpella)

A.    Bunga Majemuk
Sumbu-sumbu pada bunga majemuk tidak memiliki daun, atau jiak ada daun, daun itu sudah melakukan metamorfosis yang tidak bisa dimanfaatkan sebagai alat asimilasi. Bunga majemuk merupakan bunga yang terdapat lebih satu dari bunga pada suatu tumbuhan. Bunga majemuk dapat dibedakan menjadi tiga golongan, yaitu:
a.       Bunga majemuk tak berbatas (inflorescentia racemosa), yaitu bunga yang ibu tangkainya seakan-akan selalu tumbuh dengan cabang-cabang yang dapat bercabang lagi.
b.      Bunga majemuk berbatas adalah bung ayang ujung tangkainya selalu ditutup oleh satu bunga, jadi pertumbuhan ibu tangkainya yang terbatas.
c.       Bunga majemuk campuran ,yaitu bunga majemuk yang memiliki sifat bunga majemuk berbatas.
Bunga majemuk dapat digolongkan menjadi tiga golongan macam:
a.       Monochasial adalah ibu tangkai yang hanya memiliki satu cabang yang kadang-kadang lebih tetapi, cabangnya tidak pernah berhadapan. Contohnya kapas ( Cossypium sp)
b.      Dichasial adalah ibu tangkai yang mengeluarkan dua cabang yang berhadapan. Contohnya bunga berbibir (Labiate)
c.       Pleiochasial adalah cabang ibu tangkainya lebih dari dua yang posisinya sama tinggi. Contohnya bunga oleander( Nerium oleander L).








Keterangan :
a.       Monochasial
b.      Dichasial
c.       Pelochasial


1.      Bunga majemuk tak berbatas (iflorescentia racemosa, inflorescentia botyryoides, inflorescentia centripetala).
I.                   Ibu tangkai yang tidak memiliki cabang, sehingga bunga langsung didapatkan pada tangkai bunga, maka dapat dibagi menjadi:
a.       Tandan (racemous atau botrys)
b.      Bulir (spica)
c.       Untai atau bunga lada (amentum)
d.      Tongkol(spadix)
e.       Bunga payung (umbella)
f.       Bunga cawan(corymbu/anthodium)
-bunga pita
-bunga tabung



g.      Bunga bongkol (capitulum) contohnya lamtoro( Leucaena glauca)
h.      Bunga periuk (hypanthodium)
II.                Ibu tangkai bercabang-cabang yang dapat bercabang lagi dan dapat digolongkan:
a.       Malai (panticula) contohya adalah bunga mangga (Mangifera indica L)
b.      Malai rata ( corymbud ramosus) contohnya bunga soka( Ixora grandifora)
c.       Bunga payung majemuk (umbella composita)
d.      Bunga tongkol majemuk contohnya bunga kelapa (Cocus nucifera)
e.        Bulir majemuk misalnya, pada bunga jagung (Zea mays).
2.      Bunga majemuk berbatas (inflorescentia cymosa,inflorescentia centrifuga).
a.       Anak payung mengarpu (dichasium) misalnya pada bunga melati
b.      Sekerup
c.       Tangga
d.      Sabit
e.       Kipas






3.      Bunga majemuk campuran (inflorescentia mixta), yaitu bunga majemuk yang meiliki sifat bunga majemuk berbatas dan bunga majemuk yang tidak berbatas misalnya, buunga soka (Ixora grandifora).

B.     Bagian-Bagian Bunga
a.       Tangkai bunga (pedicullus) ,yaitu bagian bunga yang masih bersifat batang yang terdapat daun-daun peraliha berwarna hijau.
b.      Dasar bunga (receptaculum) ,yaitu ujung tangkai yang melebar yang berfungsi sebagai tempat daun yang tersusun sangat rapat dan sebagai penopang bunga.
c.       Hiasan bunga (perianthium) merupakan penjelmaan dari daun yang bisa berupa kelopak dan mahkota bunga.
Melihat bagian-bagian pada bunga maka, bunga dapat dibedakan dalam dua golongan, yaitu:
a.       Bunga lengkap atau sempuran adalah bunga yang memiliki seluruh bagian bunga dan mempunya kelamin yang lengkap atau yang disebut dengan bunga banci.
b.      Bunga tidak lengkap atau  bunga tidak sempurna adalah bunga yang alat kelinya tidak lengkap dan jiak tidak mempunyai hiasan bunga maka, bunga tersebut disebut bunga telanjang.
Kelamin Bunga
Berdasarkan alat kelaminya bunga dapat dibedakan menjadi beberapa golongan:
a.       Bunga banci atau berkelamin dua (hermaprodithus), yaitu bunga yang memiliki kelamin jantan dan kelamin betina. Hiasan bunganya berupa kelopak dan mahkota.
b.      Bunga berkelamin tunggal (unisexualis) ialah bunga yang hanya memiliki satu kelamin saja. Ada bunga yang hanya memilik alat kelamin jantan(flos masculus)  saja atau bunga yang hanya memiliki alat kelamin betina (flos femineus).
c.       Bunga mandul adalah bunga yang tidak mempunyai alat kelamin.
Bunga yang memiliki alat kelamin memilik bebera jenis yang disebut dengan rumah, penggolongan tersebut, yaitu:
a.       Tumbuhan yang memiliki rumah satu monoceus) misalnya, jagung (Zea mays) dan mentimun ( Cucumis sativus)
b.      Tumbuhan yang berumah dua (dioceus) misalnya, salak ( Zalacca edulis).
c.       Tumbuhan yangb berumah poligam contohnya, tumbuhan pepaya ( Carica papaya L).
Permbagian letak bagian-bagian bunga:
a.       Terpancar, tersebar, atau spiral misalnya, bunga cempaka ( Caesalpinia pulcherima)
b.      Berkarang, melingkar kelopak, benang sari, dan daun-daun terletak pada suatu bidang spiral
c.       Campuran ,yaitu sebagian bagian bunganya tersusun dengan berkarang dan ada bagian bunga yang seperti  spiral.
Letak-letak bagian bunga tadi dapat membentuk selang-seling (alternito) dan ada juga yang berhadapan atau tumpang tindih.



Simetri pada Bunga
a.       Asimetris atau tidak simetris, jika bunga tidak dapat dibuat satu bidang simetri dengan jalan apapun juga. Contohnya bunga tasbih (Canna sp.).
b.      Setangkup tunggal (monosimetris atau zygonomorf), bunga hanya dapat dibuat satu bidang simetri saja yang membagi bunga tadi menjadi dua bagian yang setangkup.
Bunga setangkup tunggal dapat dibedakan menjadi 3, yaitu :
1.      Setangkup tegak
2.      Setangkup mendatar
3.      Setangkup miring
c.       Setangkup menurut dua bidang (bilateral simetris), bunga yang dapat dijadikan 2 bagian yang setangkup menurut 2 bidang simetri yang tegak lurus satu sama lain, contohnya bunga lobak (Raphanus sativus L.)
d.      Beraturan atan bersimetri bayak (actinomorphus), jika bunga dapat dibuat banyak bidang simetri untuk membagi bunga itu dalam dua bagiannya yang setangkup, misalnya bunga lilia gereja (Lilium longiflorum Thunb.)
Letak Daun-daun Dalam Kuncup
            Mengenai keadaan daun-daun dalam kuncup itu dapat dibedakan dua hal, yaitu :
a.       Pelipatan daun-daun itu dalam kuncup (vernatio),
1.      Rata (vernatio plana)
2.      Terlipat ke dalam sepanjang ibu tulangnya (vernatio conduplicata)
3.      Terlipat sepanjang tulang-tulang cabangnya (vernatio plicata)
4.      Terlipat tidak beraturan (vernatio corrugativa)
5.      Tergulung ke dalam menurut poros bujur (vernatio involuta)
6.      Tergulung ke luar menurut poros bujur (vernatio revoluta)
7.      Tergulung ke satu arah menurut poros bujur ( vernatio convoluta)
8.      Tergulung ke dalam menurut poros lintang (vernatio circinatim involuta)
9.      Tergulung ke luar menurut poros lintang (vernatio circinatim revoluta)
10.  Terlipat ke bawah dan ke dalam (vernatio inclinata)
11.  Terlipat menurut poros lintang keluar (vernatio reclinata)
b.      Letak daun-daun kelopak dan mahkota terhadap sesamanya (aestivation).
Ada bermacam-macam susunan, di antaranya :
1.         Terbuka (aperta), jika tepi daun-daun kelopak atau mahkota tidak bersentuhan sama sekali satu sama lain.
2.         Berkatup (valvata), jika tepi daun-daun kelopak atau mahkota saling bertemu tetapi tidak berlekatan.
3.        Berkatup dengan tepi melipat kedalam (induplicativa).
4.         Berkatup dengan tepi melipat keluar (reduplicativa)
5.        Menyirap (imbricata), tepi saling menutup seperti genting. Susunan yang saling meutupi ini dapat dibedakan sbb:
a.       yang terpuntir satu arah (convoluta)
b.      mengikuti rumus 2/5 (quincuncialis)
c.       Kohlearis (cochlearis), jika daun mahkota atau kelopak satu di dalam dan satu di luar.
























Dasar Bunga ( Receptaculum atau Torus)
            Bagian dasar bunga :
a. Pendukung tajuk bunga atau antofor (anthophorum)
b. Pendukung benang sari atau androfor (androphorum)
c. Pendukung putik atau ginofor (gynophorum)
d. Pendukung benang sari danputik atau androginofor (androgynophorum)
e. Cakram (discus)












Bentuk Dasar Bunga
a. Rata
b. Menyerupai kerucut
c. Seperti cawan
d. Bentuk mangkuk

           









Berdasarkan letak hiasan buah dengan bakal buahnya, bunga dibedakan dalam 3 golongan, yaitu :
1. Hipogin (hypogynus), jika hiasan bunga tertanam pada bagian dasar bunga yang lebih rendah daripada tempat duduknya putik, misalnya bunga johar (Cassia siamea Lmk.)
2. Perigin (perigynus), jika letak hiasan bunga sama tinggi atau sedikit lebih tinggi daripada duduknya putik seperti pada dasar bunga yang berbentuk cawan , misalnya bunga bungur.
3. Epigin (epigynus), misalnya pada dasar bunga yang berbentuk mangkuk atau piala dengan bakal buah yang tenggelam, misalnya bunga daun kaki kuda.

Kelopak (Calyx)
            Daun-daun hiasan bunga yang merupakan lingkaran luar, biasanya berwarna hijau, lebih kecil dan lebih kasar daripada hiasan bunga yang sebelah dalam. Bagian ini disebut kelopak (calyx). Bergua sebagai pelindung bunga.
            Kelopak tersusun atas bagian-bagiannya yang disebut daun kelopak (sepala). Pada bunga daun-daun kelopak mempunyai sifat yang berbeda-beda.
a. Berlekatan (gamosepalus)
b. Lepas atau bebas (polysepalus)










Tajuk bunga atau Mahkota Bunga (Corolla)
            Merupakan hiasan bunga yang terdapat di sebelah dalam kelopak, umumnya lebih besar dengan warna yang indah, menarik, dengan bentuk susunan yang bagus, tidak jarang pula mempunyai bau yang harum, dan dianggapnya bahwa warna yang indah atau baunya tadilah yang menyebabkan serangga tertarik pada bunga.
            Bagian-bagian tajuk bunga dinamakan daun tajuk atau daun mahkota (petala). Sifat-sifat daun mahkota yaitu :
a. Berlekatan (sympetalus, gamopetalus, atau monopetalus). Dalam keadaan demikian, tajuk bunga dapat dibedakan 3 bagian berikut :
1. Tabung atau buluh tajuk
2. Pinggiran tajuk
3. Leher tajuk
b.   Lepas atau bebas (choripetalus, dialypetalus, atau polypetalus). Dalam keadaan demikian pada setiap daun tajuk dapat dibedakan :
1. Kuku daun tajuk (unguis)
2. Helaian daun tajuk (lamina)
c.   Daun-daun tajuk tidak ada atau sangat kecil

      Berdasarkan simetrinya, bentuk tajuk bunga diantaranya :
a.   Beraturan (regularis atau polisimetris), meliputi bentuk-bentuk :
1.         Bintang (rotatus atau stellatus), misalnya bunga tajuk Lombok (Capsicum annum L.),
2.         Tabung (tubulosus), misalnya bunga tabung pada bunga matahari (Helianthus annuus L.)
3.         Terompet (hypocrateriformis), misalnya bunga jantan pada papaya (Carica papaya L.)
4.         Mangkuk atau buyung (urceolatus),
5.         Corong (infundibuliformis), misalnya bunga kecubung (Datura metel L.),
6.         Lonceng (campanulatus), misalnya bunga ketela rambut (Ipomoea batatas Poir.)
b.   Setangkup tunggal atau monosimetris (zigonomorphus), mempunyai sifat atau bentuk yang khas misalnya :
      1. bertaji (calcaratus), misalnya bunga larat (Dondrobium phalaenopsis Fitzg.)
      2.   berbibir (labiatus), misalnya kemangi (Ocimum basilicum L.)
      3.   seperti kupu-kupu (papilionaceus), misalnya pada kacang-kacangan
      4.   bertopeng (personatus), misalnya bunga mulut singa (Anthirrinum majus)
      5.   berbentuk pita (ligulatus), misalnya seperti bunga-bunga pinggir pada bunga matahari.
















Tenda Bunga (Perigonium)
Berbagai jenis tumbuhan mempunyai hiasan bunga yang tidak lagi dapat dibedakan mana kelopaknya dan mana tajuknya, dengan lain perkataan kelopak dan tajuk bunga sama. Baik bentuk maupun warnanya. Itulah yang disebut tenda bunga (perigonium).
Bagian-bagian yang menyusun tenda bunga dinamakan daun tenda bunga (tepala), yang menurut bentuk dan warnanya dapat dibedakan dalam 2 golongan :
1.         Serupa kelopak (calycinus), jika warna hijau seperti daun-daun kelopak.
2.         Serupa tajuk (corollinus), warnanya bermacam-macam seperti warna tajuk bunga, juga biasanya lebih besar dan bentuknya seringkali amat menarik pula, bahkan seringkali lebih menarik daripada tajuk bunga yang sesungguhnya
pada daun tenda bunga (yang bersifat serupa tajuk) dapat pula dibedakan dua bagiannya. Yaitu kuku (unguis) dan helaiannya (lamina). Pada daun tenda bunga dapat pula ditemukan alat-alat tambahan yang berupa sisik-sisik atau rambut-rambut seperti pada daun kelopak dan daun tajuk.
Juga pada tenda bunga ternyata bahwa bagian-bagiannya yang berupa daun-daun tenda bunga tadi ada yang
a.          Berlekatan
b.         Lepas atau bebas
Bentukan-bentukan seperti taji (calcar) dapat pula ditentukan pada tenda bunga misalnya pada bunga larat (Dendrobium phalaenopsis Fitzg)
Sementara orang yang beranggapan bahwa bunga yang mempunyai tenda bunga adalah bunga yang tidak lengkap karena dipandang kekurangan satu bagian hiasan bunga. Untuk bunga dengan tenda bunga serupa kelopak dianggap kurang tajuk sedang untuk bunga dengan tenda bunga yang menyerupai tajuk dianggap kurang kelopaknya.

Benang sari (Stamen)
Benang sari merupakan alat kelamin jantan pada bunga. Benang sari merupakan suatu metamorfosis daun yang bentuk dan fungsinya telah disesuaikan sebagai alat kelamin jantan.
Pada benang sari dapat dibedakan 3 bagian berikut :
1.            Tangkai sari (filamentum)
2.            Kepala sari (anthera)
3.            Penghubung ruang sari (connectivum)
Mengenai duduknya benang sari dibedakan 3 macam yaitu :
1.            Benang sari jelas duduk pada dasar bunga, misalnya pada jeruk (Citrus sp.)
2.            Benang sari tampak seperti duduk diatas kelopak, misalnya mawar (Rosa hybrid Hart)
3.            Benang sari tampak duduk diaas tajuk bunga. Misalnya buntut tikus (Heliotropium indicum L.)
.

Mengenai jumlah benang sari pada bunga umumnya dibedakan 3 golongan:
1.         Benang sari banyak
2.         Jumlah benang sari 2x lipat jumlah daun tajuknya
Mengenai duduknya benang sari terhadap daun-daun tajuk ada dua kemungkinan :
a.          Diplostemon (diplostemonus)
b.         Obdiplostemon (obdiplostemonus)
3.         Benang sari sama banyak dengan daun tajuk atau kurang. Duduknya benang sari dapat :
a.          Episepal (episepalus)
b.         Epipetal (epipetalus)
Berkaitan dengan pendek panjangnya benang sari yang terdapat pada satu bunga itu dapat dibedakan
a.          Benang sari panjang dua (didynamus)
b.         Benang sari panjang empat (tetradynamus)

Tangkai sari (Filamentum)
Tangkai sari biasanya duduk terpisah-pisah diatas dasar bunga. Akan tetapi tidak jarang juga terdapat tangkai sari yang berlekatan satu sama lain. Cara perlekatannya dan panjangnya bagian tangkai sari yang berlekatan amat bermacam-macam ada yang berlekatan pada pangkalnya saja. Ada yang lebih panjang bagiannya yang berlekatan. Bahkan mungkin pelekatannya hamper meliputi seluruh panjang tangkai sari

Kepala Sari (Anthera)
Kepala sari (anthera) adalah bagian benang sari yang terdapat pada ujung tangkai sari. Merupakan suatu badan yang bentuknya bermacam-macam : bulat, lonjong, bulat telur, bangun kerinjal, dll. Didalam kepala sari terdapat 2 ruang sari (treca), tetapi dapat pula hanya satu atau lebih dari 2 ruang. Satu ruang biasanya terdiri atas dua kantong sari (loculumentum), tetapi sekat yang memisahkan kedua kantong sari itu dapat hilang sehingga kedua kantong sari itu akhirnya menjadi satu ruang saja.
Ruang sari merupakan tempat terbentuknya serbuk sari atau tepung sari (pollen). Setelah terjadinya persarian (serbuk sari jatuh pada kepala putik), maka serbuk sari itu akan tumbuh merupakan suatu buluh menuju ke bakal biji, hingga inti sperma yang terdapat dalam serbuk sari akhirnya dapat lebur (bersatu) dengan sel telur yang terdapat di dalam kantung lembaga. Peleburan inti sperma dengan sel telur itulah yang dinamakan pembuahan.
Dalam satu bunga umumnya kepala sarinya bebas satu sama lain, jarang sekali menjadi satu. Contohnya kepala sari yang berlekaan satu sama lain terdapat pada bunga matahari (Hellanthus annuus L.) yang karena bentuk kepala sari pada bunga ini memanjang, maka perlekatan kepala-kepala sari itu merupakan suatu badan yang berbentuk tabung.
Duduknya kepala sari pada tangkainya dapat bermacam macam :
1.      Tegak (Innatus atau basifixus) yaitu jiak kepala sari dengan tangkainya memperlihatkan batas yang jelas.
2.      Menempel (adnatus), jika tangkai sari pada ujungnya beralih menjadi penghubung ruang sari.
3.      Bergoyang (versatilis), jika kepala sari melekat pada suatu titik pada ujung tangkai sari .
  
Jika sudah masak, serbuk sari keluar dari ruang sari. Kepala sari dapat membuka dengan jalan yang berbeda-beda misalnya
1.      Dengan celah membujur (longitudinaliter dehiscens) yang menjadi jalan keluarnya serbuk sari dapat :
a.          Menghadap ke dalam (introrsum)
b.         Menghadap ke samping (lateraliter)
c.          Menghadap keluar (extrorsum)
2.         Dengan cara melintang (transversaliter dehiscens)
3.         Dengan sebuah liang pada ujung atau pangkal kepala sari (poris dehiscens)
4.         Dengan kelep atau katup-katup (valvis dehiscens)
 

Putik (Pistillum)
Putik merupakan alat kelamin betina, yang salah satu bagiannya mengandung sel telur yang setelah dibuahi oleh inti sperma yang berasal dari serbuk sari, akhirnya akan berkembang menjadi lembaga, da lembaga itulah yang nantinya akan merupakan tumbuhan baru
Menurut banyaknya daun buah yang menyusun sebuah putik, putik dapat dibedakan dalam :
a.       Putik tunggal (simplex) yaitu jika putik hanya tersusun atas sehelai daun buah saja. Misalnya pada kacang-kacangan (Leguminosae)
b.      Putik majemuk (compositus) yaitu jika putik terjadi dari dua daun buah atau lebih.  Misalnya pada kapas (gossypium sp.)

Pada putik dapat dibedakan bagian-bagian berikut.
1.      Bakal buah (ovarium) yaitu bagian putik yang lazimnya kelihata membesar dan duduk pada dasar bunga
2.      Tangkai kepala putik (stylus) bagian putik yang sempit dan terdapat di atas bakal buah, biasanya berbentuk benang.
3.      Kepala putik (stigma) ialah putik bagian yang paling atas terletak pada ujung tangkai kepala putik tadi
Bakal buah (Ovarium)
Bakal buah adalah bagian putik yang membesar dan biasanya terdapat di tengah-tengah dasar bunga. Dalam bakal buah terdapat calon biji atau bakal biji (ovulum)
Menurut letaknya terhadap dasar bunga kita membedakan :
a. Bakal buah menumpang (superus) yaitu jika bakal buah duduk diatas dasar bunga sedimikian rupa, sehingga bakal buah tadi lebih tinggi
b.Bakal buah setengah tenggelam (hemi inferus) yaitu jika bakal buah yang duduk pada dasar bunga yang cekung.
c. Bakal buah tenggelam (inferus) seperti pada b. tetapi seluruh bagian samping bakal buah berlekatan dengan dasar bunga yang berbentuk mangkuk atau piala tadi
 
Berdasarkan jumlah ruang yang terdapat dalam suatu bakal buah, bakal buah dapat dibedakan dalam
a.          Bakal buah beruang satu (unilocularis)
b.         Bakal buah beruang dua (bilocularis)
c.          Bakal buah beruang tiga (tricularis)
d.         Bakal buah beruang banyak (multicularis)
Sekat-sekat yang membagi bakal buah menjadi beberapa ruang dapat dibedakan dalam
1.            Sekat yang sempurna (septum completus) dapat dibedakan lagi menjadi
a.       Sekat asli (septum)
b.      Sekat semu (septum spurius)
2.            Sekat yang tidak sempurna (septum incompletus)

Tembuni (Placenta)
Bagian bakal buah yang menjadi pendukun bakal biji atau menjadi tempat duduknya bakal-bakal biji dinamakan tembuni (placenta)
Letak tembuni di dalam buah berbeda beda. Dalam menyebutkan letak tembuni seringkali diperhatikan pula letak tembuni itu pada daun buah yang menjadi penyusun bakal buah tadi.
Menurut letaknya, tembuni dibedakan dalam yang
a.       Marginal (marginalis) bila letaknya pada tepi buah
b.      Laminal (laminalis), bila letaknya pada helaian daun buahnya
Untuk bakal buah yang hanya terdiri atas satu ruang, maka kemungkinan letak tembuninya adalah :
1.   Parental (parentalis) yaitu pada dinding bakal-bakal  buah.
2.   Sentral (centralis atau axilis), yaitu di pusat atau poros.
3.   Aksilar (axillaris) yaitu di sudut tengah

Bakal biji (Ovulum)
Pada umumnya bakal biji dapat dibedakan bagian-bagian berikut :
1.      Kulit bakal biji (integumentum), yaitu lapisan bakal biji yang paling luar, yang kelak akan merupakan kulit biji
2.      Badan bakal biji atau (nucellus) yaitu jaringa yang diselubungi oleh kulit bakal biji tadi
3.      Kandung lembaga (saccus embryonalis) sebuah sel dalam nuselus mengandung sel telur
4.      Liang bakal biji (micropyle)
5.      Tali pusar (funiculus) pendukung bakal biji, yang menghubungkan bakal biji dengan tembuni
Mengenai letak bakal biji pada tembuni dapa dibedakan lima posisi utama, yaitu bakal-bakal biji yang
1.      Tegak (atropus) yaitu jika liang bakal biji letaknya pada suatu garis dengan tali pusar (funiculus) pada arah yang berlawanan
2.      Mengangguk (anatropus) jika liang bakal biji sejajar dengan tali pusar, karena tali pusarnya membengkok, sehingga liang bakal biji berputar 180°
3.      Bengkok (campylotropus), bila tali pusar dan bakal biji sendiri membengkok, sehingga liang bakal biji berkedudukan pada bakal biji yang mengangguk.
4.       Setengah mengangguk (hemitropus hemianatropus) yaitu jika hanya ujung tali pusarnya yang membengkok, sehingga tali pusar dengan liang bakal biji membuat sudut 90° satu sama lain,
5.      Melipat (comptotropus) jika tali pusar tetap lurus, tetapi bakal bijinya sendir yang melipat, sehingga liang bakal biji menjadi sejajar pula dengan tali pusarnya
   

Tangkai kepala putik (Stylus)
Tangkai kepala putik merupakan bagian putik yang biasanya terbentuk benang dan merupakan lanjutan bakal buah ke atas. Tangkai kepala putik itu berbentuk benang atau buluh yang dalamnya berongga, mempunyai saluran tangkai kepala putik (canas stylinus) atau tidak.

Kepala putik (Stigma)
kepala putik adalah bagian putik yang paling atas yang terdapat pada ujung tangkai kepala putik atau ujun cabang tangkai kepala putik itu. Bagian ini berguna untuk menangkap serbuk sari. Jadi mempunyai peranan yang penting dalam penyerbukan.
Bentuk kepala putik amat beraneka ragam. Biasanya disesuaikan dengan cara penyerbukan pada bunga yang bersangkutan.
a.          Seperti benang
b.         Seperti bulu ayam
c.          Seperti bulu bulu
d.         Bulat
e.          Bermacam-macam bentuk lagi misalnya seperti bibir, cawan serupa daun mahkota, dst.

Kelenjar Madu (Nectarium)
            Berdasarkan asalnya dapat dibedakan dalam :
a. Kelenjar madu yang merupakan suatu bagian khusus (suatu alat tambahan) pada bunga,
b. Kelenjar madu yang terjadi dari salah satu bagian bunga yang telah mengalami metamorfosis dan telah berubah pula tugasnya:
            Mengenai bentuk dan tempatnya pada bunga pun bermacam-macam:
1. Seperti subang di atas bakal buah dan melingkari tangkai kepala putik, misalnya pada bunga jeruk ( Citrus sp.),
2.  Seperti cakram pada dasar bunga, di sebelah bawah bakal buah, dll.
            Kelenjar madu yang merupakan metamorfosis salah satu bagian bunga dapat berasal dari :
a. Daun mahkota
b. Benang sari
c. Bagian-bagian lain pada bunga

Penyerbukan atau Persarian (Pollinatio) dan Pembuahan (Fertilisatio)
            Penyerbukan ialah jatuhnya serbuk sari pada kepala putik atau jatuhnya serbuk sari langsung pada bakal biji. Pembuahan adalah terjadinya perkawinan (persatuan atau peleburan menjadi satu) sel telur yang terdapat dalam kandung lembaga di dalam bakal biji dengan suatu inti yang berasal dari serbuk sari.
Berdasarkan asalnya serbuk sari yang jatuh di kepal putik itu, penyerbukan dapat dibedakan dalam beberapa macam, yaitu :
a.    Penyerbukan sendiri (autogamy), yaitu jika serbuk sari yang jatuh di kepala putik berasal dari bunga itu sendiri.
b.   Penyerbukan tetangga (geitogonamy), yaitu jika serbuk sari yang jatuh di kepala putik berasal dari bunga lain pada tumbuhan itu juga.
c.    Penyerbukan silang (allogamy, xenogamy), jika serbuk sari yang jatuh di kepala putik itu berasal dari bunga tumbuhan lain, tetapi masih tergolong dalam jenis yang sama.
d.   Penyerbukan bastar (hybridogamy), jika serbuk sari berasal dari bunga pada tumbuhan lain yang berbeda jenisnya, atau sekurang-kurangnya mempunyai satu sifat beda.
Penyerbukan sendiri seringkali dapat mengakibatkan munculnya gejala degenerasi, oleh sebab itu, seringkali bunga tumbuhan mempunyai susunan sedemikian rupa, sehingga dapat dicegah atau tidak dimungkinkan sama sekali terjadinya penyerbukan sendiri. Hal itu terbukti dari adanya hal-hal berikut :
a. Tumbuhan berumah dua (dioecus), artinya tumbuhan mempunyai bunga jantan dan bunga betina yang letaknya pada dua individu yang berlainan, dengan demikian satu-satunya cara penyerbukan yang dapat terjadi adalah penyerbukan silang.
b. adanya dikogami (dichogamy), artinya pada satu bunga kepala sari dan kepala putik tidak bersamaan waktu masaknya.
            Berdasarkan perbedaan waktu masak antara kepala sari dan kepala putik pada bunga yang memperlihatkan dikogami, dapat dibedakan :
a.    Protandri (protandry), jika dalam satu bunga yang masak lebih dulu adalah kepala sarinya, baru kemudian kepala putiknya,
b.   Protogini (protogyny), jika yang masak lebih dulu putiknya
c.    Herkogami (hercogamy), jika pada bunga sempurna, duduknya duduknya kepala putik dan kepala sari berjauhan satu sama lain.
d.   Heterostili (heterostyly), bila pada beberapa individu tumbuhan sejenis terdapat bunga-bunga dengan benang sari dan tangkai putik yang berbeda sekali panjangnya, sehingga dengan demikian penyerbukan sendiri tak mungkin dapat terjadi.
e.    Adanya kemandulan (sterilitas)







   Menurut vektor atau perantara yang menyebabkkan dapat berlangsungnya penyerbukan, dapat di bedakan dalam beberapa macam :
a.   Penyerbukan dengan perantara angin (anemogamy), jika serbuk sari sampai pada bunga yang di serbuki dengan perantaraan angin. Agar kemungkinan teradinya penyerbukan dengan cara ini besar, dan dengan demikian dapat terjamin keturunan baru, bunga tumbuhan yang bersifat anemofili. Oleh sebab itu penyerbukan secara anemofili lazimnya akan terjadi pada tumbuhan yang mempunyai sifat-sifat bertikut :
1.      Menghasilkan banyak sekali serbuk sari yang kecil, lembut serta kering tidak berlekatan, hingga mudah sekali berterbangan kemana-mana jika tertiup angin,
2.      Kepala putik mempunyai bentuk seperti bulu ayam atau seperti benang,
3.      Bunga sreing kali tidak mempunyai hiasan bunga (kelopak dan mahkota) atau kedua bagian bunga itu amat tereduksi,
4.      Kepala sari tidak melekat erat pada tangkai sari,memudahkan berhamburannya serbuk sari kemana-mana jika ada tiupan angin,
5.      Tempat bunga tidak tersembunyi.
b.   Penyerbukan dengan perantaraan air (hydrophy hewanly). Penyerbukan dengan cara ini hanya mungkin terjadi pada tumbuhan yang hidup di air (hydrophyta), baik yang hidup diair tawar maupun air laut.
c.    Penyerbukan dengan perantaraan binatang (zoidiophyly). Dalam alam banyak sekali terjadi penyerbukan silang yang berlangsung karena adanya pengaruh. Misalnya pada madu. Berbeda dengan bunga yang bersifat anemofili. Bunga yang bersifat zoidofili biasanya mempunyai ciri-ciri berikut :
1.      Mempunyai warna yang menarik
2.      Menghasilkan sesuatu yang menarik atau menjadi makanan binatang
3.      Serbuk sari sering bergumpal-gumpal dan berperekat, sehingga mudah menempel pada tubuh binatang yang mengunjungi bunga tadi.
4.      Kadang-kadang mempunyai bentuk yang khusus, sehingga bunga hanya dapat dikunjungi oleh jenis hewan tertentu saja.
Berdasarkan golongan binatang apa yang dapat menjadi perantara penyerbukan ini, penyerbukan zoidiofili dapat lagi dibedakan dalam :
1.      Penyerbukan dengan perantaraan serangga (entomophyly), contohnya kupu-kupu, lebah, kumbang dan lalat.
2.      Penyerbukan dengan perantaraan burung (ornitthophyly). Burung pun dapat menjadi perantaraan dalam penyerbukan. Kita dapat menyaksikan sendiri bahwa pohon dadap ,pohon randu hutan dan berbagai tumbuhan lainnya. Jika sedang berbunga ramai sekali dapat kunjungan berbagai jenis burung,misalnya kutilang, cocak dan berbagai burung madu dan burung-burung penghisap madu.
3.      Penyerbukan dengan perantaraan kelalawar (chiropteohy). Binatang ini juga dapat dianggap menjadi perantara penyerbukan, terutama untuk pohon-pohon yang bunga mekar sore atau malam hari.
4.      Penyerbukan dengan perantaraan siput (malacophyly), rupa-rupanya dari golongan siput ada pula yang dapat menjadi perantara dalam penyerbukan.

Diagram Bunga
Diagram bunga ialah suatu gambar proyeksi pada bidang datar dari semua bagian bunga yang dipotong melintang, jadi pada diagram itu digambarkan penampang-penampang melintang daun-daun kelopak  tajuk bunga, benang  sari, dan putik. Perlu diperhatikan, bahwa lazimnya, dari daun-daun kelopak dan tajuk bunga di gambarkan penampang melintang bagian tengah-tengahnya, sedangkan dari benang sari digambarkan penampang kepala sari, dan dari putik penampang melintang bakal buahnya. Dari diagram bunga itu selanjutnya dapatdiketahui pula jumlahmasing-masing bagian bungatadi dan bagaimana letak dan susunannya antara yang satu dengan yang lain.
Dalam diagram bunga, masing-masing bagian harus digambarkan sedemikian rupa, sehingga tidak mungkin dua bagian bunga yang berlainan digambarkan dengan lambing yang sama. Jika kita hendak membuat diagram bunga, kita harus memperhatikan hal-hal berikut :
1.      Letak bunga pada tumbuhan dalam hubungannya dengan perencanaan suatu diagram, kita hanya membedakan dua macam letak bunga :
a.       Bunga pada ujung batang atau cabang (flosterminalis).
b.      Bunga yang terdapat dalam ketiak daun (flos axillaris),
2.      Bagian-bagiann bunga yang akan kita buat diagram tadi tersusun dalam berapa lingkaran,

Dalam menggambar bagian-bagian bunganya sendiri yang harus diperhatikan ialah :
a.       Berapa jumlah masing-masing bagian bunga tadi.
b.      Bagaimana susunannya terhadap sesame, bebas satu sama lain,bersetuhan tepinya. berlekatan, atau lain lagi.
c.        Bagaimana susunannya terhadap bagian-bagian bunga yang lain (daun-daun kelopak terhadap daun-daun tajuk bunga, benang sari, dan daun-daunbuah penyusun putiknya) :berhadapan atau berseling, bebas atau berlekatan dan seterusnya.
d.       Bagaimana letak bagian-bagian bunga itu terhadap bidang median.







Ternyata, bahwa seringkali bidang median itu membagi bunga dalam dua bagian yang setangkup (simetrik). Bagi bunga yang letaknya pada ujung batang/cabang. Tidak dikenal bidang mediannya, disebelah atas lingkaran yang terluar tidak pula digambar penampang melintang batang (Karena pada bunga yang demikian batang itu akan bersambung dengan tangkai bunga).tetapi pada sebelah bawah biasanya masih ditambahkan gambar penampang melintang daun pelindung (jika ada).
Jadi dengan demikian, pada suatu diagram bunga tidak hanya kita ketahui hal-hal yang menyangkut bagian-bagian bunganya saja. tetapi juga dapat diketahui mengenai letaknya pada tumbuhan. Bagian-bagian lain pada bunga yang seringkali terdapat menjadi ciri yang khas untuk golongan tumbuhan tertentu dan sewajarnya pula jika dinyatakan pada diagram bunga antara lain :
a.       Kelompak tambahan (epicalyx), umum terdapat pada tumbuhan suku Malvaceae, misalnya : kapas, kembang sepatu.
b.      Mahkota (tajuk) tambahan (corona), yang biasa terdapat pada suku Asclepiadaceae, misalnya : biduri.
Dikemukakan pula dalam membicarakan perihal bagian-bagian bunga, bahwa ada bagian-bagian bunga yang mengalami metamorphosis atau tereduksi atau lenyap sama sekali. Bertalian dengan soal ini dalam menyusun diagram bunga kita dapat berpendirian :
1.      Hanya menggambarkan bagian-bagian bunga menurut apa adanya,
2.      Membuat diagram bunga yang tidak hanya memuat bagian-bagian yang benar-benar ada, tetapi juga menggambarkan bagian-bagian yang sudah tidak ada, namun menurut teori seharusnya ada.
Dengan demikian kita dapat membedakan dua macam diagram bunga :
a.       Diagram bunga empirik, yaitu diagram bunga yang hanya memuat bagian-bagian bunga yang benar ada, jadi menggambarkkan keadaan bunga yang sesungguhnya.
b.      Diagram teoritik, yaitu diagram bunga yang selain menggambarkan bagian-bagian bunga yang sesungguhnya, juga memuat bagian-bagian yang sudah tidak ada lagi, tetapi menurut teori seharusnya ada.


Rumus Bunga
Kecuali dengan diagram, susunan bunga dapat pula dinyatakan dengan sebuah rumus yang terdiri atas lambing-lambang, huruf-huruf, dan angka-angka,yang semua itu dapat memberikan gambaran mengenai berbagai sifat bunga beserta bagian-bagiannya.
Lambang yang dipakai dalam rumus bunga memberitahukan sifat bunga yang bertalian dengan simetrinya atau jenis kelaminnya, huruf-huruf merupakan singkatan nama bagian-bagian bunga . disamping itu masih terdapat lambang-lambang lain lagi memperlihatkan hubungan bagian-bagian bunga atau sama lain.
Oleh suatu rumus bunga dapat ditunjukan hal-hal mengenai 4 bagian pokok bunga sebagai berikut :
1.    Kelopak, yang dinyatakan dengan huruf K singkatan kata kalix (calyx), yang merupakan istilah ilmiah untuk kelompak.
2.    Tajuk atau Mahkota, yang dinyatakann denga huruf C singkatan kata corolla (istilah ilmiah untuk mahkota bunga).
3.    Benang- benan sari, yang dinyatakan dengan huruf A, singkatan kata androecium (istilah ilmiah untuk alat-alat jantan pada bunga).
4.    Putik, yang dinyatakan dengan huruf G, singkatan kata gynaecium (istilah ilmiah untuk alat-alat kelamin betina pada bunga).

Jika kelopak dan mahkota sama, baik bentuk maupun warnanya, kita lalu mempergunakan huruf lain untuk menyatakan bagian tersebut, yaitu huruf P, singkatan kata perigonium (tenda bunga). Dibelakang huruf-huruf tadi lalu ditaruhkan angka-angka yang menunjukkan jumlah masing-masing bagian tadi, dan diantara dua bagian  bunga yang digambarkan dengan huruf dan angka itu ditaruh koma.
Jika misalnya mempunyai 5 daun kelopak, 5 daun mahkota, 10 benang sari dan putik yang terjadi dari sehelai daun buah, maka rumusnya adalah :

K5, C5, A10, G1. (bunga merak : Caesalpinia pulcherrima Swartz)

Di depan rumus  hendaknya diberi tanda yang menunjukan simetri bunga. Biasanya hanya diberikan dua macam tanda simetri. Yaitu * untuk bunga yang bersimetri banyak. Dan tanda ↑ untuk bunga yang bersimetri satu. Jadi dalam hal dalam bunga merak, yang bersifat zigomortf, rumusnya menjadi :

↑ K5, C5, A10, G1.

Sedangkan bunga lilia gereja yang bersifat akinomorf rumusnya menjadi :

*P6, A6, G3.

Selain lambang menunjuk simetri pada rumus bunga dapat pula ditambahkan lambang menunjukan jenis kelamin bunga. Untuk bunga banci dipakai lambang  : untuk bunga jantan dipakai lambang . Dan untuk bunga betina , lambing jenis kelamin ditempatkan didepan lambang  simetri. Contohnya :

♀↑ K5, C5, A10, G1 dan
♀* P6, A6, G3.

Huruf yang menunjukkan bagian yang tersusun dalam lebih dari pada  satu lingkaran harus ditaruh 2 kali yang menunjukkan jumlah bagian dalam tiap lingkaran dengan tanda + (tanda tambah) diantara kedua angka tadi. Contohnya :

♀↑ K5, C5, A5 + 5, G1 dan
♀* P3 + 3, A6, G3

Jika bagian-bagian bunga yang tersusun dalam masing-masing lingkaran itu berlekatan satu sama lain, maka yang menunjukan jumlah bagian bersangkutan ditaruh dalam kurung, contonya :

♀↑( K5), C5, A5 + 5, G1 dan
♀* (P3 + 3), A6, G3

Karena pada bunga merak daun-daun kelopaknya berlekatan satu sama lain, sedangkan pada bunga lilia gereja yang berlekatan daun-daun tenda bunga dan daun-daun buaahnya. Ada untuk kalanya yang berkelekatan adalah dua macam bagian bunga, misalnya : benang-benang sari dan dau-daun mahkota, seperti terdapat pada bunga waru. Dalam keadaan demikan yang ditempatkan dalam kurung adalah kedua huruf beserta angkanya menunjukkan kedua macam bagian bunga yang berlekatan tadi. Untuk jelasnya rumus bunga waru tadi adalah :

♀* K5, [ C5, A(∞) ], G(5)

Jadi bunga waru yang kita dapaati banyak benang sari yang berlekatan satu sama lain  dan seluruhnya berlekatan lagi dengan daun-daun mahkota. 
Selain lambang-lambang yang telah diuraikan diatas, dalam menyusun suatu rumus bunga masih ada lambang lain lagi, ialah lambang untuk menyatakan duduknya bakal buah (jadi juga putiknya). Untuk bakal buah yang menumpang, dibawah angka menunjukan jumlah daun buah, dibuat suatu garis (bilangan yang menunjukan jumlah daun buah terletak diatas garis), sedangkan untuk bakal buah tenggelam, garis ditaruh diatas angka tadi. Untuk bakal buah yang setengah  tenggelam tidak ada tanda yang khusus, atau dapat ditafsirkan sebagai setengah tenggelam, jika untuk bakal buah tidak ada pernyataan menumpang atau tenggelam.
Dengan demikian, jika dari kedua contoh bunga diatas kita harus membuat rumus bunga yang lengkap, rumus tadi akan menjadi seperti berikut :

♀↑ k(5), C5, A5+5, G1
♀ * P(3+3), A3 + 3, G (3)

Setelah kita pahami hal-hal yang menyangkut soal rumus bunga, dapat sekarang keadaan kita balik, artinya jika kiita melihat kedua rumus bunga diatas, maka dapat kita bayangkan, bahwa :
Ø  Bunga merak adalah bunga yang banci,zigomorf, mempunyai 5 daun kelopak yang berlekatan satu sama lain, 5 daun  mahkota yang bebas, 2 lingkaran benang sari  dengan 5 benang sari dalam masing lingkaran, bakal buah yang terjadi dari sehelai saun buah yang duduknya menumpang,
Ø  Buunga lilia gereja adalah bunga banci, aktinomorf, mempunyai 6 daun tenda bunga yang tersusun dalam 2 lingkaran tetapi ke 6 daun tenda bunga tadi berlekatan satu sama lain, 6 benang sari yang tersusun dalam dua lingkaran dan satuu bakal buah yang menumpang dan terjadi dari 3 daun buah yang berlekatan.
Mengingat bahwa, urutan-urutan bagian bunga sifatnya tetap, maka dalam menyusun suatu rumus bunga, huruf-huruf yang merupakan singkatan nama bagian bunga tadi sering ditiadakan juga lambang jenis kelamin seringkali ditiadakan, karena jenis kelamin itu dapat terlihat pula dari rumus ialah : jika ada benang sari maupun putik, bearti bunga itu bersifat banci, tetapi jika di belakang A kita dapati angka 0 bearti bunganya betina, sebaliknya jika dalam rumus tertera G 0, bearti bunganya adalah bunga jantan. Dengan ini rumus bunga merak misalnya, dapat kita sederhanakan menjadi :
↑ (5), 5, 5 + 5, 1
Jika kita membandingkan diagram dengan rumus bunga pada diagram dengan rumus bunga, pada diagram lebih banyak tercantum keterangan-keterangan mengenai susunan bagian-bagian bunga, hanya tak dapat diketahui pada diagaram bunga  bagaimana letaknya bakal buah, menumpang, tenggelam, ataukah setengah tenggelam.
Dibawah ini diberikan berbagai contoh diagram beserta rumus bunga berbagai jenis tumbuhan yang tergolong dalam beberapa suku tumbuhan yang lazimnya sudah terkenal.
1.      Suku Palmae (Arecaceae) misalnya kelapa (cocos nucifera L.)
K 3, C 3, A(6), G 0
K3, C 3, A 0, G (3)
2.      Suku Gramineae (Poaceae), misalnya padi (Oryza sativa L.)
 ♀↑ K 1 + (2), C 2 +0, A 3, G 1
3.      Suku Cannaceae, misalnya bunga tasbih (Canna indica Hort.)
 ♀K 3, C 3, A 5, G (3)
4.      Suku Orchidaceae, misalnya anggerik bulan (Phalaenopsis amabilis Bl.). yang hanya mempunyai 1 benang sari yang subur, dan anggerik kusut (Cypripedium javanicum Rainw.) yang mempunyai 2 benang sari yang subur :
 ♀↑ P 3, + 3, A 1 + 0, G (3)
 ♀↑ P 3 + 3, A 1 + 2, G (3)
5.      Suku Liliaceae, misalnya kembang sungsang (Gloriosa superb L.)
 ♀* P 3 + 3, A 3 + 3, G (3)
6.      Suku Popilionaceae, misalnya orok-orok, kembang telang (Clitoria ternatea L.)
 ♀↑ K (5), C 5, A 1 + (9), G 1
7.      Suku Malvaceae, misalnya kapas (Gosssypium sp.), waru (Hibiscus tiliaceus L.) dll
 ♀* K (5), [C 5, A (∞), G (5)
8.      Suku Bombacaceae, misalnya kapok randu (Ceiba pentandra Gaertn.), durian (Durio zibethinus L.)
 ♀* K (5). C 5, A (∞), G (5)
9.      Suku Solanaceae, misalnya : kecubung (Datura metel L.), tembakau (Nicotiana tabacum L.), dll.
 ♀↑ K (5), C (5), A 5, G (2)
10.  Suku Cruciferae (Brassicaceae), misalnya lobak (Raphanus sativus L.)
 ♀* K 4, C 4, A 2, + 4, G (2)
11.  Suku Nyctaginaceae, misalnya bunga pagi sore (Mirabbilis jalapa L.)
 ♀* K 5, C (5), A 5, G (5)



Tidak ada komentar:

Posting Komentar